Pembahasan Aliran Filsafat
Pendidikan
A.Aliran Perenialisme
1.Tempat
Asal Aliran Perenialisme Dikembangkan
Di
zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan
manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis
ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar yaitu berupa kembali kepada
kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya.
Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya
kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
Jelaslah
bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa
lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa lampau ini,kebudayaan yang
dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat
mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang.
Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses
mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan sumbangan yang
berpengaruh baik teori maupun peraktek bagi kebudayaan dan pendidikan zaman
sekarang.
Dari
pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme memandang
pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses mengembalikan
kebudayaan sekarang ( zaman modern ) ini terutama pendidikan zaman sekarang ini
perlu dikembalikan ke masa lampau.
Perenialisme
merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai kesatuan, dimana susunannya
itu merupakan hasil pikiran yang memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk
bersikap tegas dan lurus. Karena itulah perenialisme berpendapat bahwa mencari
dan menemukan arah tujuan yang jelas merupakan tugas yang utama dari filsafat
khususnya filsafat pendidikan .
Setelah
perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri yang cukup
berat timbullah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme berharap agar
manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang menganggap filsafat
sebagai suatu azas yang komprehensif perenialisme dalam makna filsafat sebagai
satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber kebudayaan dan
hasil-hasilnya.
2.Tokoh-Tokoh
Aliran Perealisme
a)
Aristoteles
Filsafat
perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosofhia Perenis. Pendiri utama
dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian didukung dan
dilanjutkan St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer utama dalam abad
ke-13.
Perenialisme
memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman kuno dan abad
pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan pendidikan
zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia ( rindu akan hal-hal yang sudah
lampau semata-mata ) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa
kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang.
Jika
sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi perenialisme dimana
pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa lampau dengan berdasarkan
keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad sekarang ini.
3.Pandangan
Perealisme Dan Penerapanya Dibidang Pendidikan
Ilmu
pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme, karena
dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang
bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan
melalui akal pikiran. Menurut epistimologi thomisme sebagian besarnya berpusat
pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia.
Apabila
pikiran itu bermula dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan
untuk menampilkan tenaganya secara penuh.Jadi epistimologi dari perenialisme,
harus memiliki pengetahuan tentang pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan
realita hakiki, yang dibuktikan dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri
dengan menggunakan tenaga pada logika melalui hukum berpikir metode deduksi,
yang merupakan metode filsafat yang menghasilkan kebenaran hakiki.
Dengan
pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu mengenal
faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami problema yang perlu
diselesaikan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian masalahnya. Dengan
demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.
Anak
didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan
mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental.
Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar dimasa lampau.
Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam
bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu
memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.
Dengan
mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut,
yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan
yakni :
1.Anak
akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan oleh
orang-orang besar.
2.Mereka
telah memikirkan peristiwa-peristiwa dan karya-karya tokoh tersebut untuk diri
sendiri dan sebagai bahan pertimbangan ( reverensi ) zaman sekarang.
Jelaslah
bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan karya-karya buah pikiran para ahli
tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana
pemikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat
mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna
bagi mereka sendiri, dan sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman
sekarang ini. Hal inilah yang sesuai dengan aliran filsafat perenialisme
tersebut.
Tugas
utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kearah kematangan. Matang
dalam arti hidup akalnya. Jadi akal inilah yang perlu mendapat tuntunan ke arah
kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberiakn pendidikan dan pengetahuan serba
dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional seperti membaca, menulis dan
berhitung anak didik memperoleh dasar penting bagi pengetahuan-pengetahuan yang
lain.
Sekolah
sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak didik ke arah
kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan. Sedangkan sebagai
tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana tugas pendidikanlah yang
memberikan pendidikan dan pengajaran ( pengetahuan ) kepada anak didik. Faktor
keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung kepada guru, dalam arti orang
yang telah mendidik dan mengajarkan.
4.
Prinsip-prinsip pendidikan Perenialisme
Perenialisme
mengemukakan bahwa situasi dunia saat ini penuh dengan kekacauan dan ketidak
pastian, dan ketidak teraturan terutama dalam tatanan kehidupan moral,
intelektual dan sosio-kultural. Untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan
kembali kepada nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi
pandangan hidup yang kuat pada zaman dulu dan pada abad pertengahan.
Ciri utama perenialisme memandang bahwa
keadaan sekarang adalah sebagai zaman yang membututhkan usaha untuk mengamankan lapangan moral, intelektual
dan lingkungan sosial kultural yang lain. Ibarat kapal yanga akan berlayar, memerlukan
pangkalan dan arah tujuan yang jelas.
Prinsip-prinsip
aksiomatis yang terikat oleh waktu itu terkandung dalam sejarah. Berikut ini
ada beberapa prinsip pendidikan perenialisme (Sadulloh, 2003), sebagai berikut:
a.
Pada hakekatnya manusia adalah sama di
manapun dan kapan pun ia berada, yang walaupun lingkungannya berbeda.
b.
Bagi manusia, pikiran adalah kemampuan yang
paling tinggi.
c.
Fungsi utama pendidikan adalah memberikan
pengetahuan tentang kebenaran yang pasti dan abadi.
d.
Pendidikan adalah persiapan untuk hidup bukan
peniruan untuk hidup.
Pesesrta
didik harus mempelajari karya-karya besar dalam literature yang menyangkut
sejarah, filsafat, seni, kehidupan sosial terutama politik dan ekonomi
B.Aliran Esensialisme
Esensialisme memandang bahwa
pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan
lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata
yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua aliran ini bertemu
sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak
melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Aliran filsafat esensialisme adalah
pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
peradaban umat manusia.
Esensialisme
adalah pendidikan yang di dasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada
sejak awal peradaban umat manusia. Esensialisme muncul pada zaman Renaissance
dengan ciri-ciri utama yang berbeda dengan progresivisme. Perbedaannya yang
utama ialah dalam memberikan dasar berpijak pada pendidikan yang penuh
fleksibilitas, di mana serta terbuka untuk perubahan, toleran dan tidak ada
keterkaitan dengan doktrin tertentu. Esensialisme memandang bahwa pendidikan
harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
Idealisme
dan realisme adalah aliran filsafat yang membentuk corak esensialisme. Dua
aliran ini bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur
menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya
masing-masing.
Dengan
demikian Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang
disebut esensialisme, karena itu timbul pada zaman itu, esensialisme adalah konsep
meletakkan sebagian ciri alam pikir modern. Esensialisme pertama-tama muncul
dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan.
Maka, disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan
alam semesta, yang memenuhi tuntutan zaman.
Realisme
modern, yang menjadi salah satu eksponen essensialisme, titik berat tinjauannya
adalah mengenai alam dan dunia fisik, sedangkan idealisme modern sebagai
eksponen yang lain, pandangan-pandangannya bersifat spiritual. John Butler
mengutarakan ciri dari keduanya yaitu, alam adalah yang pertama-tama memiliki
kenyataan pada diri sendiri, dan dijadikan pangkal berfilsafat.
Kualitas-kualitas dari pengalaman terletak pada dunia fisik. Dan disana
terdapat sesuatu yang menghasilkan penginderaan dan persepsi-persepsi yang
tidak semata-mata bersifat mental.
Dengan
demikian disini jiwa dapat diumpamakan sebagai cermin yang menerima
gambaran-gambaran yang berasal dari dunia fisik, maka anggapan mengenai adanya
kenyataan itu tidak dapat hanya sebagai hasil tinjauan yang menyebelah, berarti
bukan hanya dari subyek atau obyek semata-mata, melainkan pertemuan keduanya.
Idealisme
modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi
gagasan-gagasan (ide-ide). Dibalik dunia fenomenal ini ada jiwa yang tidak
terbatas yaitu Tuhan, yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai
makhluk yang berpikir berada dalam lingkungan kekuasaan Tuhan.
1.Tokoh-tokoh
Esensialisme
·
Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770 –
1831)
·
George Santayana
2.
Karakteristik Filsafat Pendidikan Esensialisme
Ciri-ciri
filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh Welliam.C.Bagley adalah
sebagai berikut :
*
Minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar
awal yang memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam jiwa.
*
Pengawasan, pengarahan, dan bimbingan orang yang belum dewasa adalah melekat
dalam masa balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada
spesies manusia.
*Mendisiplin
diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka menegakkan disiplin adalah suatu
cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Di kalangan individu
maupun bangsa, kebebasan yang sesungguhnya selalu merupakan sesuatu yang
dicapai melalui perjuangan tidak pernah merupakan pemberian.
*Esensialisme
menawarkan teori yang kokoh kuat tentang pendidikan, sedangkan sekolah-sekolah pesaingnya (progressive)
memberikan sebuah teori yang lemah.
3.Kelebihan dan Kelemahan
Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas. Idealisme dan realisme adalah aliran filsafat
yang membentuk corak esensialisme.
Dua aliran ini
bertemu sebagai pendukung esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu
dan tidak melepaskan sifatnya yang utama pada dirinya masing-masing. Aliran filsafat esensialisme adalah
pendidikan yang didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak
peradaban umat manusia.
Adapun kelebihan
dan kelemahan yang dimiliki oleh aliran filsafat esensialisme adalah
diantaranya sebagai berikut:
Kelebihannya:
v Menurut
aliran ini suatu ide-ide atau gagasan-gagasan manusia sebagai makhluk yang
berpikir, dan semua ide yang dihasilkan diuji dengan sumber yang ada pada Tuhan
yang menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan dilangit, serta segala
isinya. Dengan menguji dan menyelidiki semua ide serta gagasannya maka manusia
akan mencapai suatu kebenaran yang berdasarkan kepada sumber yang ada pada
Allah SWT.
v Memberikan
dasar berpijak pada pendidikan yang penuh fleksibilitas, di mana serta terbuka
untuk perubahan, toleran dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
v Pendidikan
berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama yang
memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang mempunyai tata yang jelas.
v Esensialisme
menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan
sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.
v Esensialisme
berpendapat bahwa perubahan merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat diubah
dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam sejarah, namun
evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara
terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan intelegensi manusia yang
mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara bertindak,
organisasi, dan fungsi sosial.
Kelemahannya:
v Menurut
esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat
tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan
mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
v Para
pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena mereka
berpedoman pada filsafat yang berbeda.Misalnya beberapa pemikir esensial
memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa pelajaran
IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang benar-benar
penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada masyarakat.
4. Beberapa
Pandangan Dalam Esensialisme
Sebagai reaksi
dalam tuntutan zaman yang ditandai oleh suasana hidup yang menjurus kepada
keduniaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mulai terasa sejak
abad ke15, realisme dan idealisme perlu menyusun pandangan-pandangan yang
modern. Untuk itu perlu disusun kepercayaan yang dapat menjadi penuntun bagi
manusia agar dapat jadi penuntun bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri
dengan tuntutan keadaan itu.
Kepercayaan yang
dimaksud diusahakan tahan lama, kaya akan isinya dan mempunyai dasar-dasar yang
kuat.Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum menjadi konsep
filsafat pendidikan esensialisme ini, tamapk manifestasinya dalam sejarah dari
zaman Renaisans sampai timbulnya Progresivisme.
1.PANDANGAN
MENGENAI REALITA
Sifat yang menonjol dari ontologi
esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang
tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini
berarti bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah
disesuaikan dengan tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian mengenai
penjabarannya menurut realisme dan idealisme.
a.Realisme yang mendukung
esensialisme disebut realisme obyektif karena mempunyai pandangan yang
sistematis mengenai alam serta tempat manusia didalamnya. Terutama sekali ada
dua golongan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi realisme ini.Dari fisika dan
ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisik
ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jelas khusus. Ini berarti bahwa
suatu kejadian yang sederhanapun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, seperti
misalnya daya tarik bumi.
b.Idealisme obyektif mempunyai
pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan realisme obyektif. Yang
dimaksud dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh
yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran bahwa
totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit,
idealisme menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata.
Ajaran-ajaran Hegel memperjelas pandangan tersebut diatas.
2.PANDANGAN
MENGENAI NILAI
Nilai, seperti
halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari sumber-sumber obyektif.
Sedangkan sifat-sifat nilai tergantung dari pandangan yang timbul dari realisme
dan idealisme. Kedua aliran ini menyangkutkan masalah nilai dengan semua aspek
peri kehidupan manusia yang berarti meliputi pendidikan. Pandangan dari dua
aliran ini, yang mengenai nilai pada umumnya dan nilai keindahan pada khususnya
akan dipaparkan berikut ini.
Untuk hal yang
pertama, dapatlah ditunjukan bahwa nilai mempunyai pembawaan atas dasar
komposisi yang ada. Misalnya, kombinasi warna akan menimbulkan kesan baik, bila
penempatan dan fungsinya disesuaikan dengan pembawaan dari komponen-komponen
yang ada.Untuk hal yang kedua, dapatlah diutarakan bahwa sikap, tingkah laku
dan ekspresi perasaan juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.
3.PANDANGAN MENGENAI PENDIDIKAN
Pandangan
mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umum, simplikatif dan
selektif, dengan maksud agar semata-mata dpat memberikan gambaran mengenai
bagian-bagian utama dari esensialisme. Disamping itu karena tidak setiap filsuf
idealis dan realis mempunyai faham esensialistis yang sistematis, maka uraian
ini bersifat eklektik.
Esensialisme
timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi diri sendiri,
sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut abad
pertengahan. Usaha ini diisi dengan pandangan-pandangan yang bersifat
menanggapi hidup yang mengarah kepada keduniaan, ilmiah dan teknologi, yang
ciri-cirinya telah ada sejak zaman Renaisans.
Tokoh yang perlu
dibicarakan dalam rangka menyingkap sejarah esensialisme ini adalah William T. Harris
(1835-1909). Sebagai tokoh Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Hegel ini
berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Menurut Harris,
tugas pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang
tidak terelakan (pasti) bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga
yang memelihara nilai-nilai yang telah turun-menurun, dan menjadi penuntun
penyesuaian orang kepada masyarakat.
Oleh karena
terasaskan adanya saingan dari
progresivisme, maka pada sekitar tahun 1930 timbul organisasi yang bernama
Esentialist Comittee for the Advancement of Education. Dengan timbulnya Komite
ini pandangan-pandangan esensialisme (menurut tafsiran abad xx), mulai
diketengahkan dalam dunia pendidikan.
4.PANDANGAN MENGENAI PENGETAHUAN
Pada
kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan
sebagai makhluk yang padanya berlaku hukum yang mekanistis evolusionistis.
Sedangkan menurut idealisme, pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada
pengertian bahwa manusia adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari
Tuhan dan yang timbul dari hubungan antara makrokosmos dan mikrokosmos.
5.PANDANGAN MENGENAI BELAJAR
Idealisme,
sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individual dengan
menitikberatkan pada aku, menurut idealisme, seseorang belajar pada taraf
permulaan adalah memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami
dunia obyektif. Dari mikrokosmos menuju kemakrokosmos.
Sebagai contoh,
dengan landasan pandangan diatas, dapatlah dikemukakan pandangan Immanuel Kant
(1724-1804). Dijelaskan bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia
lewat indera memerlukan unsur a priori, yang tidak didahului oleh pengalaman
lebih dahulu.
6. PANDANGAN MENGENAI KURIKULUM
Beberapa tokoh idealisme memandang
bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada landasan ideal dan organisasi
yang kuat. Bersumber atas pandangan ini, kegiatan-kegiatan pendidikan
dilakukan. Pandangan dari dua tokoh dipaparkan dibawah ini.
Herman Harrell Horne menulis dalam
bukunya yang berjudul This New Education mengatakan bahwa hendaknya kurikulum
itu bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu watak manusia yang ideal dan
ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu disesuaikan
dan ditujukan kepada yang serba baik tersebut. Atas dasar ketentuan ini berarti
bahwa kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan
dengan fundamen-fundamen itu.
Bogoslousky, dalam bukunya The
Ideal School, mengutarakan hal-hal yang lebih jelas dari Horne. Disamping
menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata
pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai
sebuah rumah yang mempunyai empat bagian, ialah :
a.Universum. Pengetahuan yang
merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup manusia, diantaranya
adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata surya dan lain-lainnya.
Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.
b.Sivilisasi. Karya yang dihasilkan
manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan sivilisasi manusia mampu
mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar kebutuhan, hidup aman
dan sejahtera.
c. Kebudayaan. Karya manusia yang
mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan, agama, penafsiran dan
penilaian mengenai lingkungan.
d.Kepribadian. Bagian yang
bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak bertentangan
dengan kepribadian yang ideal.
Jadi, tujuan
umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan akhirat.
Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
semacam miniatur dunia yang bisa
dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.
Maka dalam
sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola
kurikulum, seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan
prinsip-prinsip dan kenyataan sosial yang ada dimasyarakat.
C.
Aliran Rekonstruksionisme
1.Pendahuluan
Kata
rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris reconstruct yang berarti menyusun
kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan , aliran rekonstruksionisme adalah
suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Aliran rekonstruksionisme, pada
prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis
kebudayaan modern. Kedua aliran tersebut, memandang bahwa keadaan sekarang
merupakan zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran,
kebingungan dan kesimpangsiuran.
Walaupun
demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme tidaklah sama
dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya memepunyai visi
dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh untuk mengembalikan
kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran perenialisme memilih cara
tersendari, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan lama atau di kenal dangan
regressive road culture yang mereka anggap paling ideal. Sedangkan itu aliran
rekonsruksinisme menempuhnya dengan jalan berupaya membina suatu konsensus yang
paling luas dan mengenai tujuan pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat
manusia.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari kesepakatan antar
sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan lembaga pendidikan dalam pandangan
rekonstruksionisme perlu merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan
hidup kebudayaan yang baru, untuk mencapai tujuan utama tersebut memerlukan
kerjasama antar umat manusia.
2.Tokoh-Tokoh Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada tahun 1930, ingin membangun
masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil. Beberapa tokoh dalam aliran
ini : Caroline Pratt, Geaoge Count, Harold Rugg.
3.Tempat Asal Aliran
Rekonstruksionisme
Rekonstruksionisme
merupakn kelanjutan dari gerakan progresivisme. Gerakan ini lahir didasarkan
atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya memikirkan dan melibatkan diri
dengan masalah-masalah masyarakat yang ada sekarang.
Brameld (Sadulloh, 2003), mengemukakan toeri pendidikan
rekonstruksionisme terdiri dari lima tesis, yakni :
a.
Pendidikan
berlangsung saat ini untuk menciptakan tata social baru yang akan mengisi
nilai-nilai dasar budaya masa kini, selaras dengan yang mendasar
kekuatan-kekuatan ekonomi, dan social masyarakat modern.
b.
Demokrasi
sejati merupakan dasar dari kehidupan masyarakat baru.
c.
Anak,
sekolah dan pendidikan diatur oleh kekuatan budaya dan social.
4.Kelebihan dan Kelemahan
Adapun kelebihan dan kelemahan yang dimiliki aliran filsafat
rekonstruksionisme dalam dunia pendidikan adalah sebagai berikut:
Kelebihannya:
v
Membangkitkan
kesadaran para peserta didik tentang masalah sosial, ekonomi dan politik yang
dihadapi umat manusia dalam skala global, dan mengajarkan kepada mereka
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut.
v
Kurikulum
berisi mata-mata pelajaran yang berorientasi pada kebutuhan-kebutuhan
masyarakat masa depan. Kurikulum disusun untuk menyoroti kebutuhan akan beragam
reformasi sosial.
v
Anak,
sekolah, dan pendidikan itu sendiri dikondisikan oleh kekuatan budaya dan
sosial.
v
Rekonstruksionisme
menekankan pada pengalaman yang dimiliki para siswa dengan interaksi ekstensif
antara guru dan siswa dan diantara para siswa itu sendiri.
v
Melalui
suatu pendekatan rekonstruksionis sosial pada pendidikan, para siswa belajar
metode-metode yang tepat untuk berhadapan dengan krisis-krisis signifikan yang
melanda dunia.
Kelemahannya:
v
Karena
tujuan sekolah adalah mengembangkan rekayasa sosial, beban dan tanggung jawab
sekolah sangatlah berat.
v
Tawaran
pemikiran yang direkomendasikan oleh rekonstruksionisme seperti keterlibatan
aktif dunia pendidikan pada dunia politik akan berdampak buruk pada aktivitas
pendidikan yang secara akdemik terlalu sakral yang kemudian untuk dicemari oleh
intrik-intrik politik yang kotor dan menghalalkan segala cara untuk memuaskan
nafsu kekuasaan sebuah kelompok politik tertentu.
v
Rekonstruksionisme
bersifat makro, dan kurang menitikberatkan pada individu, padahal pendidikan
seharusnya bertujuan untuk membangun kepribadian yang didalamnya terdapat
kebagusan akal budi dan moralitas individu (ahlak). Pendidikan tidak hanya
ingin melahirkan para aktivis sosial, akan tetapi juga manusia yang bermoral,
berkarakter, dan memiliki spiritualitas cukup.
v
Gagasan-gagasan
yang ada di dalam rekonstruksionisme sangat teoritik dan cenderung tidak
realistik. Karena gagasan seperti pembentukan tatanan sosial baru yang sangat
ideal sebagai solusi atas bencana kemanusiaan yang terjadi, ibarat “mimpi
disiang bolong”, sebab upaya tersebut seolah mengabaikan kondisi rill umat
manusia saat ini.
Kesimpulan
Setiap
aliran-aliran filsafat ini mempunyai pengertian tersendiri yang dapat dipelajari,
diamati bahkan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap
aliran mempunyai makna yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu
untuk membuat pendidikan yang lebih baik lagi, maka dari itu baik siswa maupun
guru dapat menela’ah secara baik dan apa saja yang pantas untuk dipelajari dan
dikembangkan.
Aliran
ini juga mengajarkan kita dapat menghargai dan mengenal nilai-nilai budaya yang
telah ada sejak peradaban umat manusia.
Daftar
Pustaka
Buku:
Purba,Edward.
2015.Filsafat Pendidikan, Medan:Unimed
Press.
Situs Internet:
http://anick-filsafatpendidikana.blogspot.co.id/2011/12/perbandingan-aliran-filsafat-pendidikan.html