Powered By Blogger

Jumat, 15 Mei 2015

hubungan investasi dannga tingkat suku bunga

                                       BAB I
PENDAHULUAN
Setiap pelaku bisnis baik pengusaha, manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan.Keputusan investasi dan pembiayaan merupakan keputusan yang saling bertalian atau saling berkaitan satu dengan yang lain, seperti mata uang dengan dua sisi,dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain adalah keputusan pembiayaan. Secara teoritis, keterandalan keputusan investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku.
Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan kompensasi yang harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana kepada pihak yang meminjamkan (lender). Dari sudut pandang borrower tingkat suku bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing funds) yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan, sedangkan dari sudut pandang lender tingkat suku bunga merupakan tingkat hasil yang diharapkan (required return).
Pemahaman secara lebih mendalam tentang karateristik tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku bunga diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Banyak orang terkecoh dengan suku bunga yang ditawarkan, kebanyakan bagian marketing menggunakan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk meningkatkan penjualan. Padahal, suku bunga tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku bunga flat, suku bunga efektif, suku bunga in advance, suku bunga in arrear, suku bunga fixed, dan suku bunga floating.



A.Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang merupakan tujuan dari kegiatan investasi baik yang dilakukan oleh investor asing maupun yang dilakukan oleh investor dalam negeri. Akan tetapi apabila iklim investasi yang tidak ramah seperti terjadinya pemboman yang dilakukan oleh teroris di hampir seluruh Indonesia, kondisi politik yang tidak stabil, dan maraknya isu-isu yang menyesatkan dan kerusuhan di mana-mana maka investasi baru sulit untuk diwujudkan. Walaupun ada kegiatan investasi akan tetapi investasi tersebut hanya untuk memperluas ataupun membiayai investasi yang sudah ada sebelumnya.
Sementara tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini Indonesia memerlukan investasi baru untuk mengurangi tingkat pengangguran yang setelah krisis ekonomi melanda negeri ini semakin menggila. Semakin tinggi tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan pun semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan pendapatan masyarakat pun semakin rendah. Jalan keluar untuk mengatasi msalah ini adalah dengan menciptakan investasi baru agar masalah pengangguran dapat diatasi sehingga pendapatan masyarakat dapat mengalami peningkatan.
Selain faktor-faktor eksternal di atas ada juga faktor lain yang mempengaruhi kegiatan investasi yang berasal dari dalam dari kegiatan investasi yaitu tingkat suku bunga. Berdasarkan teori yang telah ada hubungan antara tingkat suku bunga dengan kegiatan investasi adalah berhubungan negatif, maksudnya apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan maka investasi akan mengalami peningkatan dan sebaliknya apabila tingkat suku bunga mengalami kenaikan maka investasi mengalami penurunan.






B.Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut pada BAB berikutnya. Rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.    Pengertian suku bunga dan investasi
2.    Teori-teori yang mendukung suku bunga dan investasi
3.    Hubungan suku bunga dengan tingkat investasi






C.Tujuan Penulisan      
            Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dari dosen mata kuliah Ekonomi Moneter juga sebagai tambahan referensi dan wacana bagi teman-teman yang ingin mencari informasi tambahan mengenai materi hubungan tingkat suku bunga dengan investasi.











BAB II
LANDASAN TEORI
Suku bunga merupakan dana atas harga yang dipinjam (Reily and Brown,1997). Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal sangat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga yang berlaku saat itu. Apakah akan menerbitkan sekuritas ekuitas atau hutang. Karena penerbitan obligasi atau penambahan hutang hanya dibenarkan jika tingkat bunganya lebih rendah. Suku bunga yang rendah akan merangsang investasi dan aktivitas ekonomi yang akan menyebabkan harga saham meningkat.
Dalam dunia properti, suku bunga berperan dalam meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga berdampak kuat pada kinerja perusahaan properti yang berakibat langsung pada meningkatnya return saham. Suku Bunga Sertifikat Bank IndonesiaPengaruh lain krisis financial global terhadap ekonomi makro adalah dari sisi tingkat suku bunga.
Dengan naiknya kurs dollar,suku bunga akan naik karena Bank indonesia akan menahan rupiah sehingga akibatnya inflasi akan meningkat.Kedua,gabungan antara pengaruh kurs dollar tinggi dan suku bunga yang tinggi akan berdampak pada sektor investasi dan sektor riil, dimana investasi disektor riil seperti properti dan usaha kecil menengah (UKM) dalam hitungan semesteran akan sangat terganggu.Pengaruhnya pada investasi dipasar modal ,krisis global ini akan membuat orang tidak lagi memilih pasar modal sebagai  tempat  yang menarik untuk berinvestasi karena kondisi makro yang beruntung.
`           Krisis ekonomi di indonesia pada tahun 1997 juga menunjukan hubungan antara kondisi makro ekonomi terhadap kinerja saham,dimana dengan melemahnya nilai tukar rupiah telah berdampak besar terhadap pasar modal di indonesia.Investasi yang berani disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal. Dengan kata lain investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian.

Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus ”investasi adalah pengeluaran yang dilakukan oleh para penanam modal yang menyangkut penggunaan sumber-sumber seperti peralatan, gedung, peralatan produksi dan mesin-mesin baru lainnya atau persediaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan dari investasi tersebut.”

Komarudin (1983) memberikan pengertian investasi yaitu:
a. Suatu tindakan membeli barang-barang modal.
b. Pemanfaatan dana yang tersedia untuk produksi dengan pendapatan dimasa yang akan datang.
c. Suatu tindakan untuk membeli saham, obligasi atau surat penyertaan lainnya.
Investasi menghimpun akumulasi modal dengan membangun sejumlah gedung dan peralatan yang berguna bagi kegiatan produktif, maka output potensial suatu bangsa akan bertambah dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang juga akan meningkat. Jelas dengan demikian bahwa investasi memainkan peranan penting dalam menentukan jumlah
output dan pendapatan.
Kekuatan ekonomi utama yang menentukan investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan (Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993,183). Faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi di masa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah. Usaha untuk mencatat nilai penanaman modal dilakukan dalam satu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi, meliputi pengeluaran atau pembelanjaan untuk:
a. Seluruh pembelian para pengusaha atas barang modal dan membelanjakan untuk mendirikan industri-industri.
b.  Pengeluaran masyarakat untuk mendirikan tempat tinggal.
c. pertambahan dalam nilai stok barang-barang perusahaan yang berupa bahan mentah, barang yang belum diproses dan barang jadi.
Adam smith menyatakan bahwa investasi dilakukan karena para pemilik modal mengharapkan untung dan harapan masa depan keuntungan bergantung pada iklim investasi pada hari ini dan pada keuntungan nyata. Smith yakin keuntungan cenderung menurun dengan adanya kemajuan ekonomi. Pada waktu laju pemupukan modal meningkat, persaingan yang meningkat antar pemilik modal akan menaikkan upah dan sebaliknya menurunkan keuntungan.
Menurut Harrod-Domar pengeluaran investasi (I) tidak hanya mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat (Z), tetapi juga terhadap penawaran agregat (S) melalui pengauhnya terhadap kapasitas produksi. Dalam prespektif waktu yang lebih panjang ini. I menambah stok kapital (misalnya, pabrik-pabrik, jalan-jalan dan sebagainya). Jadi I=  K, dimana K adalah stok kapital dalam masyarakat. Ini berarti pula peningkatan kapasitas produksi masyarakat dan selanjutnya berarti bergesernya kurva S ke kanan.
Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital
Dalam teori makro Keynes keputusan apakah suatu Investasi akan di laksanakan atau tidak,tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain. Apabila tingkat bunga yang berlaku di pasar uang sebesar 2% setiap bulan (atau 24% setahun), sedangkan keuntungan yang di harapkan sebesar 50% maka investasi tersebut masih menguntungkan karena keuntungan (kotor) yang di harapkan 50% jadi melebihi ongkos pendanaan dapat di katakana 50%-24% = 26% pertahun untuk 10 tahun. Maka jika pengusaha tersebut “rasional” investasi tersebut akan dilaksanakan Secara ringkas :
1. Jika keuntungan yang diharapkan (MEC) lebih besar dari pada
tingkat bunga, maka investasi di laksanakan.
2. jika MEC lebih kecil dari pada tingkat bunga maka investasi
tidak dilaksanakan.
3. Jika MEC = tingkat bunga maka investasi bias di laksanakan
dan bisa juga tidak
Dari uraian di atas, di ketahui bahwa berapa tingkat pengeluaran investasi yang di harapkan oleh para investasi di tentuakan oleh dua hal yaitu tingkat suku bunga yang berlaku dan marginal efficiency of capital. Perilaku makro para investor ini biasanya di ringkas dalam satu bentuk fungsi marginal efficiency of capital atau fungsi investasi.
Tiga hal yang perlu di garis bawahi mengenai fungsi investasi pertama funsi tersebut mempunyai slope, yang negative, artinya semakin rendah tingkat bunga semakin besar pula tingkat pengeluaran investasi yang di inginkan. Kedua, dalam kenyataan fungsi tersebut sulit untuk di peroleh sebab posisinya sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat). Kelebihan fungsi investasi ini akan segera dapat di pahami karena posisinya sangat tergantung pada nilai MEC dari proyek-proyek yang ada dan bahwa MEC adalah keuntungan yang di harapkan oleh investor. Ketiga, yang perlu ditekankan adalah hubungan teori Keynes dengan kenyataan, khususnya masalah tersedianya dana investasi.



BAB III
PEMBAHASAN
Kepastian usaha merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi para pelaku ekonomi untuk menginvestasikan dananya sehingga pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perekonomian secara keseluruhan. Salah satu variabel yang dijadikan sebagai indikator untuk menentukan para investor mau menanamkan dananya adalah stabilitas di pasar uang yang ditunjukkan dengan variabel suku bunga. Data mengenai investasi dan suku bunga  Indonesia ditunjukkan dengan tabel berikut :

Tahun
Suku Bunga
Investasi
%
 (Milyar Rp)
1990
19
76196
1991
24.32
88671
1992
20.6
101194
1993
15.55
97213
1994
13.53
118707
1995
17.72
145118
1996
18.26
163453.4
1997
21.01
199301.1
1998
40.07
160326.9
1999
21.2
125010.6
2000
13.5
187284.4
2001
16.48
254089
2002
16.5
252289
2003
11.59
250000
Sumber:Badan Pusat Statistik
           
Dari data diatas ,dapat kita lihat bahwa hubungan tingkat suku bunga dan investasi bersifat negatif,dengan kata lain jika tingkat suku bunga rendah maka tingkat pengeluaran akan investasi yang di inginkan akan semakin besar, hal ini memang benar,namun tidak selamanya teori ini atau keadaan ini terjadi dalam kenyataan/realitas kegiatan perekonomian,karena biasanya investasi itu tergantung pada keadaan ekonomi dan jangka waktu dari investasi itu sendiri,karena biasanya  posisinya  dari investasi itu sendiri sangat stabil (mudah berubah dalam jangka waktu yang sangat singkat) hal ini jelas tergambar dari data diatas,dan hal ini sesuai dengan teori Keynes (Teori Konsep Marginal Efficiency of Capital) yang menyatakan bahwa tingkat investasi tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bungan saja namun sangat dipengaruhi juga oleh Marginal Efficiency of Capital atau tergantung pada perbandingan antara besarnya keuntungan yang di harapkan (yang menyatakan dalam persentase satuan waktu waktu) di suatu pihak dan biaya penggunaan dana atau tingkat bunga di pihak lain.
Setiap pelaku bisnis baik pengusaha ,manajer, individu dalam menjalankan kegiatan ekonomi dan bisnis tidak terlepas dari berbagai alternatif keputusan investasi dan pembiayaan. Keputusan investasi dan pembiayaan merupakan keputusan saling bertalian seperti mata uang dengan dua sisi. Dimana satu sisi adalah keputusan investasi maka di sisi lain adalah keputusan pembiayaan.
Secara teoritis, keterandalan keputusan investasi dan pembiayaan sangatlah bergantung pada tingkat suku bunga yang berlaku. Menurut Lawrence J Gitman (2000) tingkat suku bunga merupakan kompensasi yang harus dibayar oleh pihak peminjam (borrower) dana  kepada pihak yang meminjamkan (lender). Dari sudut pandang borrower tingkat suku bunga merupakan biaya penggunaan dana (cost of borrowing funds) yang harus dipertimbangkan dalam keputusan pembiayaan sedangkan dari sudut pandang lender  tingakat suku bunga merupkan tingakat hasil yang diharapkan (required return).
Pemahaman secara lebih mendalam tentang karakteristik tingkat suku bunga sangat membantu keakuratan hasil keputusan investasi dan keputusan pembiayaan. Dalam praktek, tingkat suku bunga diterjemahkan kedalam berbagai terminologi yang beraneka ragam. Keragaman terminologi suku bunga membawa konsekuensi pada penentuan besaran biaya penggunaan dana dan penentuan hasil yang diharapkan dari suatu proyek investasi. Banyak orang terkecoh dengan suku bunga sebagai alat pamungkas untuk meningkatkan penjualan. Padahal, suku bunga tersebut memiliki karakteristik yang beraneka ragam, seperti suku bunga flat, suku bunga efektif, suku bunga in advance, suku bunga in arrear,suku bunga fixed, dan suku bunga floating.








BAB IV
KESIMPULAN
Maka kesimpulan yang dapat diambil dari Hubungan tingkat suku bunga terhadap Harga Saham adalah :
Ø  Tingkat suku bunga memiliki pengaruh yang besar terhadap harga saham
Ø   Suku bunga yang lebih tinggi akan:
·         Menurunkan kegiatan ekonomi
·         Meningkatkan beban bunga (dengan demikian menurunkan laba perusahaan)
·         Menyebabkan investor menjual saham dan mentransfer dana pada pasar obligasi
Ø Jadi, semakin tinggi suku bunga akan menekan harga saham
Ø Tingkat suku bunga sulit dan bahkan tidak mungkin untuk diprediksi
Ø Maka, kebijakan keuangan yang baik harus menggunakan:
·         Bauran utang jangka pendek dan jangka panjang
·         Strategi perusahaan untuk bertahan pada berbagai suku bunga di masa depan
           
Teori yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga berhubungan negatif dengan kegiatan investasi benar akan tetapi tidak berlaku lagi di masa sekarang ini.Kegiatan investasi tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat suku bunga akan tetapi dipengaruhi oleh faktor lain seperti situasi politik dan keamanan dalam negeri, keadaan ekonomi, dan ketidakpastian hukum, dan pergantian kepemimpinan negara dan pejabat yang terkait.

 Selain itu perubahan tingkat suku bunga hanya berpengaruh pada investor domestik akan tetapi investor asing dipengaruhi oleh faktor eksternal. Peran serta pemerintah sangat berpengaruh terhadap iklim investasi di Indonesia terutama dalam penentuan kebijakan-kebijakan dan perundang-undangan.Tingkat korupsi Indonesia yang sangat tinggi menyebabkan minat investor untuk berinvestasi semakin melemah. Akibat dari tidak adanya investasi baru di Indonesia menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia semakin bertambah besar hal ini menyebabkan tingkat kemiskinan di Indonesia pun semakin besar jumlahnya.


SARAN
Memahami suku bunga merupakan keharusan bagi setiap pelaku bisnis baik sebagai pelaku yang kelebihan dana (investor) maupun sebagai pelaku yang kekurangan dana (debitor). Bagi investor akan sangat membantu memilih alternatif-alternatif investasi yang lebih menguntungkan, dan bagi debitor akan berguna dalam mengambil keputusan pembiayaan guna mendanai investasi yang akan dilakukan agar menghasilkan biaya modal yang murah.


























DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengampuh.2015.Ekonomi Moneter,Fakultas Ekonomi Unimed

Tidak ada komentar:

Posting Komentar